Saturday, 17 September 2011

Alhamdulillah, Masih Rezeki

Malam ini, gue sedang berkumpul bersama Mbah Kakung, Mbah Putri, Melati, Abel, Mama, dan Mami gue di ruang tamu sambil menonton televisi. Tiba-tiba kejadian yang tidak diinginkan itu terjadi…

Malam itu terasa sangat hangat, karna tawa canda menghiasi ruang tamu yang saat itu sedang diisi oleh 6 orang anggota keluarga. Kala itu, Mama terlihat hadir di sana. Sebenernya Mama datang untuk jemput gue ke Ciledug.

Tak lama kemudian, terdengar suara pukulan besi keras dr luar. Mami pun langsung menyuruh Melati untuk melihat ke luar, karena kebetulan Mama memarkir motornya di depan gerbang ruang tamu. Melati pun keluar, disusul oleh Mama. Bilati pun bilang, “Motornya ada kok, tapi tadi kayak ada orang di situ. Tapi udah jalan.”. Karena penasaran dan ada perasaan aneh yang muncul, gue pun menyusul mereka berdua. Memang, sekilas tidak terlihat adanya perbedaan pada motor tersebut. Saat mama dan Melati ingin masuk lagi ke dalam, Mami pun keluar tanpa membawa Abel *saat itu Abel lagi bersama Mbah Putri*.

“Motornya gpp?” tanya Mami kepada gue yang saat itu memang masih berada di pintu depan. Gue hanya menanggapinya dengan diam. Sesaat gue ngerasa ada sesuatu yang aneh sama Motor Yamaha Mio Putih yang ada di hadapan gue saat itu. Motor itu belum genap sebulan dibeli oleh Mama, tapi sudah berulang kali jatuh karma kecerobohan sang anak sulung *maksudnya gue --”v*.

Gue pun berjalan menuju sisi lain motor tersebut, entah apa yang gue pikirkan tapi rasanya seperti aku ingin melihat motor itu lebih detail lagi. Dan saat gue menatap kearah pintu gerbang, Mami sudah tidak ada di sana. Gue kembali melihat motor tersebut. Dan saat itu pula mat ague langsung terhenti pada ban bagian depan motor tersebut. Tak kulihat ada pengaman tambahan disana. Padahal tiap saat Mama selalu menggunakan pengaman tambahan tersebut.

“Tumben Mama gak masang pengaman tambahan.” pikir gue saat itu. Tak jauh dr ban itu, gue melihat sebuah pegas. Entah kenapa gue jadi peduli sama pegas itu, alhasil gue hendak mengambilnya. Padahal biasanya gue gak pernah peduliin begituan. Saat jemari gue sudah menyentuhnya, mata gue kembali menangkap sesuatu yang terlihat aneh. Di sana ada benda berwarna hitam yang sepertinya merupakan bagian dari pegas tersebut. Kalo tidak salah saat itu benda tersebut terbagi menjadi 3 bagian. Gue pun langsung panic dan berteriak memanggil Mama. “Mama! Mama! Mama!!! Cepetan kesini! Ma, Mama!!!!” teriak gue saat itu.

“Kenapa, sih?” Tanya Mami yang saat itu keluar terlebih dahulu.

“Itu, mi, itu!!! Motornya mau dimaling orang!!!” ucap gue panik.

“Apaan sih, Mbak?” Melati pun dating bersama Mama.

“Mbak, motornya mau dimaling, tuh!” ucap Mami kepada Mama yang belum tau hal itu.

“Hah, maling?” ucap Mama, tapi sepertinya tidak terkejut.

“Iya, Ma, liat deh, pengaman tambahannya ancur!” ucap gue sambil mengunjukkan benda yang telah terbagi menjadi 3 bagian yang tadi gue temukan.

“Hah, iya lho. Wah, dasar nih malingnya!”. Mama langsung melihat lubang kunci yang ada di depan motor. Mama pun berseru, “Yah, Chyt! Lubang kuncinya juga udah dirusakin!”. “Masa sih?” Tanya gue gak percaya. Tapi ternyata memang benar. Lubang kunci itu bentuknya sudah tidak seperti sedia kala lagi.

Setelah itu, Mami pun menyuruh Mama masuk untuk mengambil kunci, dan memasukkannya ke dalam lubang kunci. Tetapi, kunci aslinya tidak bisa masuk. Akhirnya, Melati pun masuk memanggil Pak Udin yang saat itu sedang berada di kamar atas.

Karna kunci tersebut tidak bisa masuk, dan motor tersebut dalam keadaan stang terkunci, akhirnya motor tersebut dimasukkan ke dalam garasi dengan cara digotong. Motor itu digotong oleh Pak Udin dan tamunya *pada saat itu tiba2 ada tamunya Pak Udin yang dating*. Setelah itu, gue jadi kesel sendiri. Baru kali ini ngalamin kejadian kayak gini. Gue pun langsung menelepon Papa, mencertakan semuanya, dan minta dijemput ke Ciledug. Karna kebetulan gue udah lama nggak ke sana.

Beberapa jam kemudian, Papa pun dating. Ia langsung melihat keadaan motor dan berusaha membuat kunci aslinya bisa masuk ke lubang tersebut. Tetapi GATOT! Alias GAGAL TOTAL! Kunci itu tetep gak bisa. Akhirnya gue ke Ciledung menggunakan motor Pak Udin dan Papa. Ini bener2 diluar dugaan -__-. Tapi yang penting, gue tetep bersyukur karma motor itu nggak jadi dicuri. Berarti masih rezekinya gue sama Mama kan ;p.

No comments:

Post a Comment