Cinderlayla
(Drama berperankan 5 perempuan dan 3 laki-laki)
Pada suatu hari tinggalah seorang gadis cantik jelita bersama Ibu kandung dan Ayah tirinya, serta kedua saudara kandung dan tirinya. Saudara kandungnya bernama Nayla, dan saudara tirinya bernama Charlos, sedangkan si gadis cantik jelita itu sendiri bernama Layla. Saudara kandung dan tirinya tersebut mempunyai sifat yang bertolak belakang, Charlos yang merupakan saudara tirinya justru jauh lebih baik memperlakukan Layla daripada cara Nayla memperlakukan Layla. Layla memang anak yang sangat cantik, tapi tidak ada seorang pun yang mengetahui rahasianya.
Ibu : Layla, sayang...
Layla : (menghampiri Ibunya) Iya, Bu…
Ibu : Apa makanan yang ingin kamu makan hari ini?
Layla : Terserah padamu, Ibu. (tersenyum)
Ibu : Bagaimana jika Ibu memasak makanan kesukaanmu?
Layla : Terima kasih, Bu… (memeluk Ibunya). (melepaskan pelukan Ibunya) Apa perlu aku bantu?
Ibu : Tidak, sayang. Ibu bisa melakukannya sendiri… (tersenyum)
Layla : Ibu yakin?
Ibu : Tentu, sayang…
Layla : Baiklah kalau begitu. (tersenyum). Bu, bolehkan aku pergi ke kamar?
Ibu : Iya, sayang… (membelai lembut rambut Layla)
Sesampainya Layla di kamar tidurnya.
Layla : (menutup pintu) Huft! Capek sekali jadi orang baik.
Ibu Peri : (duduk di kasur Layla) Tentu saja, siapa yang mengatakan hal itu mudah untuk dilakukan seseorang sepertimu?
Layla : (terkejut) Hei, sejak kapan kau ada di sini?
Ibu Peri : (cuek) Sejak kau memasuki ruangan ini.
Layla : Jangan pernah mendahuluiku!
Ibu Peri : Ya, ya, ya…
Ayah : (mengetuk pintu dengan kasar) LAYLAAAAAAAAAAAAAA!!!
Layla : Iya, Ayah…. (berbisik) Dia selalu saja mengomel!
Layla pun berjalan mendekati pintu.
Layla : (membuka pintu) Iya, Ayah.
Ayah : (membentak) Apa kau tidak ingat tadi aku menyuruhmu membersihkan ruang kerjaku? Tapi kenapa kau belum membersihkannya?
Layla : Maaf, aku lupa. Akan segera kubersihkan. (tersenyum)
Selagi Layla membersihkan ruang kerja Ayahnya ditemani Ibu Peri, tidak sengaja Charlos melihatnya dan berniat untuk membantunya.
Nayla : Sedang apa kau di sini? (memegang lengan Charlos)
Charlos : Aku ingin membantu Layla. (beranjak jalan)
Nayla : Hei! Kenapa kamu selalu menolongnya?
Charlos : (berhenti) Karena dia adalah adikku.
Nayla : Aku juga adikmu!
Charlos : Terus?
Nayla : Kenapa hanya Layla saja yang kau perhatikan? Bukan aku!
Charlos : Karena tanpa ku perhatikan pun, kau akan mendekatiku dengan sendirinya. (berjalan)
Nayla : Dia benar-benar, akh!
Stefani : Sudahlah Nayla, kau harus lebih bersabar.
Nayla : Fani? Nico? Kok kalian tidak memberi kabar terlebih dahulu kalau mau kemari?
Nico : Apa itu perlu? Toh, kalau kami beritahu pun, kau tidak akan menjemput kami di stasiun kan?
Nayla : (tertawa) Ayo kita ke kamarku!
(Nico dan Stefani mengikuti langkah Nayla)
Di ruang kerja Ayah, terlihat Layla yang sedang membersihkan ruangan tersebut.
Charlos : Hai, ada yang bisa ku bantu?
Layla : Tidak, aku bisa mengerjakannya sendiri. (tersenyum)
Charlos : (melihat sekeliling) Benarkah? Tapi kelihatannya pekerjaanmu belum ada kemajuan sama sekali.
Layla : (tertawa) Kalau begitu, bantu aku, ya?
Charlos hanya tersenyum dan membantunya mengerjakan semua itu. Waktu-waktu yang mereka habiskan selama membersihkan ruang kerja Ayah mereka gunakan sambil bersenda gurau.
Stefani : (memperhatikan sekeliling) Nampaknya rumah ini tidak jauh berbeda seperti waktu kami ke sini 2 tahun yang lalu.
Nayla : (tertawa) Ya, begitulah. Kami tidak melalukan banyak perubahan 2 tahun belakangan ini.
Nico : Ngomong-ngomong, siapa pria yang tadi sedang berbicara denganmu?
Nayla : Charlos, dia saudara tiriku. Setelah kalian pergi, Ibu menikah dengan Ayahnya Charlos.
Nico : Ya kami tau hal itu. Kau selalu mengirimi Stefani surat kan? Dan salah satunya menceritakan tentang hal itu.
Stefani : (menggoda) Hmm... saudara tiri, ya? Tapi, sepertinya kau tidak menganggapnya seperti itu. (melirik Nico)
Nico : (tertawa kecil)
Nayla : (menghela nafas) Kalian memang selalu dapat membaca pikiranku.
Nico : Lalu, apa yang akan kau lakukan?
Nayla : Entahlah, sepertinya ia menyukai Layla.
Nico,Stefani : (terkejut) Layla?
Nayla : Sudahlah, tidak usah kita bicarakan hal itu lagi. Kalian sendiri bagaimana? Sepertinya hubungan kalian terus berlanjut dari 2 tahun lalu.
Stefani : Ya, begitulah. Walaupun kami sering bertengkar hanya karna hal-hal yang tidak penting.
Nico : Yup, dia wanita yang sangat bawel.
Stefani : (mencubit pinggang Nico) Ih, apaan sih!
Nayla : (tertawa) Ternyata Nico sangat sabar menghadapimu, Fan.
Nico : Ya, tentu saja. Karna dia telah bertahta di hatiku. (melirik Stefani)
Stefani : (tersipu malu)
Setelah puas berbincang-bincang, Stefani dan Nico pun berpamitan untuk pulang. Saat melewati ruang tamu, terlihat Ayah dan Ibu sedang berbincang-bincang.
Nico : Om, Tante, kami pulang dulu ya.
Ibu : Oh, iya, Nik, Fan, hati-hati ya di jalan.
Stefani : Iya, kami permisi ya Tante, Om.
Ayah : Iya.
Nayla : Yah, Bu, aku antar mereka sampai pagar ya.
Ibu : Iya, sayang.
Ayah : Mereka teman Nayla dan Layla? Kok, Ayah tidak pernah melihatnya?
Ibu : Mereka terakhir kemari 2 tahun yang lalu, saat mengucapkan perpisahan kepada kami. Karna keluarga mereka akan menetap di luar kota selama beberapa tahun.
Ayah : Dan mereka berpacaran?
Ibu : Iya, mereka telah menjalani hubungan itu lebih dari dua tahun.
Ayah : Wow, cukup lama, ya. Dan sepertinya sebentar lagi kita akan menerima undangan dari mereka ya, Bu. (tertawa)
Ibu : Ayah ini ada-ada saja, tapi mudah-mudahan mereka memang berjodoh ya.
Ayah : Amin.
Selesai membersihkan ruang kerja, Layla pun menyiram tanaman yang ada di halaman rumah.
Layla : Capek sekali ya, aku benar-benar lelah.
Ibu Peri : Hei, kau ini! Jangan suka mengeluh seperti itu!
Layla : Kau sendiri? Yang kau lakukan hanya terus menerus berteriak! Kau kan Ibu Peri-ku, seharusnya kau membantuku melakukan semua ini!
Ibu Peri : Selagi kau masih bisa melakukannya, aku tidak ingin menggunakan kekuatan sihirku untuk membantumu!
Layla : (kesel) Kau...
Charlos : Hai, cewek.
Layla : (berbalik, terkejut) Hai, co... wok.
Charlos : Kenapa kau terkejut seperti itu? Dan sedang berbicara dengan siapa kau tadi? (melihat sekeliling)
Layla : (bingung) Hmm... (menerawang)
Stefani : Hai, Layla!
Layla : (merasa lega, berbalik, dan terkejut) Hai, Fani, Nico! Kok kalian bisa ada di sini?
Nico : Ada beberapa hal yang harus kami lakukan di sini.
Layla : Oh, ya. Charlos perkenalkan, ini Stefani tetapi kami sering memanggilnya Fani, dan ini Nico. Mereka temanku dan Nayla.
Charlos : Charlos. (mengulurkan tangan)
Stefani : Fani. (membalas uluran tangan Charlos)
Charlos. : Charlos. (mengulurkan tangan)
Nico : Nico. (membalas uluran tangan Charlos)
Charlos : (melirik jam tangan) Sepertinya aku harus pergi. Aku ada kuliah sore hari ini.
Stefani : Oh, baiklah. Sampai nanti.
Charlos : Ya. (berlalu pergi)
Layla : Kapan kalian sampai disini?
Nico : Kemarin malam.
Layla : Oh, ya? Ayo masuk dulu ke dalam.
Stefani : Justru kami sudah mau pulang.
Layla : Jadi kalian sudah datang dari tadi? Kok kita tidak bertemu?
Stefani : Tadi kami sedang mengobrol di kamar Nayla.
Layla : Oh.
Nico : Kalo gitu kami pulang dulu ya.
Layla : Baiklah, aku tunggu ya undangannya.
Stefani : Undangan?
Layla : Iya, pasti kalian kemari untuk melaksanakan pernikahan kan? Secara, kebanyakan teman dan keluarga kalian berada di sini.
Nico : (tertawa) Iya, tapi ini masih rahasia ya, karna undangannya belum jadi.
Layla : Baiklah, akan kututup mulutku rapat-rapat.
Stefani : (tertawa) Baiklah, kami pulang ya.
Layla : Ya, hati-hati.
Di perjalanan pulang, Nico terus melajukan mobilnya menuju rumah Stefani.
Stefani : Nic, sepertinya hubungan Layla dan Nayla sedang tidak harmonis, ya?
Nico : Ya, aku juga berfikir seperti itu. (melirik Stefani) Apa ini karna si Charlos itu, ya?
Stefani : Saudara tirinya?
Nico : Iya, dan sepertinya, Ayah tirinya tidak begitu menyukai Layla.
Stefani : Kenapa kau berbicara seperti itu? Kau bahkan baru kali ini bertemu dengannya.
Nico : Entahlah, perasaanku mengatakan seperti itu.
Stefani : (cemburu) Oh, perasaan, ya? Oh, iya, aku lupa. Layla kan mantanmu. Kau pasti sangat menghawatirkannya, kan.
Nico : (memberhentikan mobilnya di pinggir jalan, menunduk)
Stefani : Kenapa kau berhenti? Kau tidak menyukai sifatku yang seperti ini? Kau ingin menurunkanku di sini? Ok, aku turun sekarang! (bergegas membuka pintu)
Nico : (menahan tangan Stefani) Bisakah kita tidak usah bertengkar hanya karna hal kecil seperti ini? Hal ini dapat mengganggu konsentrasiku dalam menyetir.
Stefani : Kau tau, aku cemburu! Aku tak ingin kau begitu memperhatikan Layla. (mulai menitikkan air mata)
Nico : (menatap tajam Stefani) Dengar Fani, sejak aku berpacaran denganmu, hanya kau lah yang selalu kuperhatikan.Percayalah.
Stefani : Lalu, apa alasannya kau lebih memilihku.
Nico : (menatap ke depan) Karna, yang kucari di dunia ini sebenarnya cuma satu, yaitu kebahagiaan. Dan apa kebahagiaan itulah yang membuat aku dan Layla memiliki jalan yang berbeda. (menatap Stefani) Nampaknya, aku bukan menjadi suatu kebahagiaan untuk Layla. Dan ternyata, kebahagiaanku yang sesungguhnya adalah bersamamu, Stefani.
Stefani : Nico... (terharu) Terimakasih.
Di dapur terlihat Nayla yang sedang mencuci piring.
Ayah : Kenapa kau yang mencuci piring-piring kotor itu?
Nayla : Ibu yang menyuruhnya, Ayah… (memelas)
Ayah : Kenapa kau tidak menyuruh Layla?
Nayla : Oh, iya, kau benar Ayah…. (teriak) LAYYY…
Ibu : Layla bukan pembantu di rumah ini.
Nayla : (terkejut) Ibu…
Ayah : Nayla hanya meminta bantuannya saja. Tetapi bukan berarti kalau dia pembantu.
Nayla : Itu benar, Bu…
Ibu : Tapi, Ibu rasa kamu masih bisa menyelesaikan tugas itu sendiri. Jadi, kamu tidak memerlukan bantuan Layla. (sambil berlalu)
Nayla : Ini semua tidak adil! (cemberut)
Ayah : Tenang, sayang. Ikuti saja kata Ibumu. (tersenyum)
Layla kini sedang tidur siang di kamarnya, dan tiba-tiba Ibu Peri datang.
Ibu Peri : (melipat kedua tangannya di depan dada) Dasar pemalas!
(terdengar suara pintu terbuka)
Ibu Peri : (menoleh) Charlos???
Charlos : Pasti dia sangat lelah, lebih baik aku membiarkannya beristirahat. (sambil berlalu pergi)
Ibu Peri : Layla sangat beruntung menyukai pria seperti Charlos, tetapi Charlos sangat malang menyukai gadis seperti Layla. Dunia memang sangat adil. Ckckck… (menggelengkan kepala)
Keesokan harinya sama seperti hari-hari sebelumnya, Layla membersihkan seisi rumah dengan sedikit bantuan Ibu Peri-nya. Tibalah sekarang ia membersihkan kamar Charlos.
Layla : Kamar Charlos sangat rapi, bukan? (melihat sekeliling)
Ibu Peri : Iya, tentu saja. Tidak seperti kamarmu.
Layla : Apa kau bilang?
Ibu Peri : (memalingkan muka) Tidak.
Layla : (sedih) Andai saja aku bisa menjadi Cinderlela seperti cerita-cerita di televisi.
Ibu Peri : Lalu, siapa pangerannya?
Layla : Tentu saja Charlos.
Ibu Peri : Kau bermimpi!
Layla : Ingat! Sukses itu berawal dari sebuah mimpi.
Ibu Peri : Hmm... Layla, apa kau ingin aku mengabulkan keinginanmu?
Layla : Tumben, ada apa denganmu?
Ibu Peri : Aku hanya ingin segera menyelesaikan tugasku.
Layla : (mengernyitkan dahi) Tugas?
Ibu Peri : (menatap kosong ke depan) Iya, membuatmu bahagia.
Layla : (terkejut, diam sejenak) Apa bisa? (memalingkan muka)
Ibu Peri : Tentu saja! Kau ingat, aku ini adalah seorang peri!
Layla : Ya, ya, ya, terserah. Yang penting, bagaimana caranya?
Ibu Peri : Ambilah tiga tangkai mawar merah di halaman belakang, lalu taruh di dalam sebuah vas bunga yang berisi air, dan letakkan di atas meja lampu tidur Charlos.
Layla : Hei! Apakah tidak ada cara yang lebih mudah lagi?
Ibu Peri : Catat ini Layla. Di dunia ini tidak ada yang bisa dicapai dengan mudah. Semuanya memerlukan perjuangan dan kerja keras.
Layla : Kau tau, aku lelah selalu berbuat baik. Apakah Charlos akan tetap mendekatiku seperti itu jika mengetahui aku yang sesungguhnya?
Ibu Peri : Yang harus kau lakukan kali ini, adalah terlebih dahulu jujur pada dirimu sendiri, Layla.
Layla : (diam sejenak) Baiklah, aku akan mencoba melakukan caramu. (tersenyum)
Ibu Peri : Baiklah. Tapi jangan lupa taruh satu buah sepatu di dekat kamarnya, ya.
Layla : Hah? Tapi, untuk apa?
Ibu Peri : Untuk menjadikan kau Cinderlela di hatinya.
Layla : (bahagia) Baiklah.
Pada sore harinya, Charlos terkejut melihat vas bunga di atas mejanya. Ia lalu berlari ke luar kamarnya menuju ruang tengah. Di dekat pintu kamarnya, ia menemukan sebuah sepatu.
Charlos : (mengambil sepatu tersebut) Sepatu? Sepatu siapa ini? Kok cuma sebelah? Apa mungkin...
Charlos membali menuju ke ruang tengah, di sana ada Ayah, Ibu, dan Nayla.
Charlos : Hei, siapa yang menaruh bunga mawar di kamarku?
Nayla : (heran) Bunga mawar? (berfikir)
Charlos : Iya, padahal tadi siang belum ada, tetapi tadi sewaktu aku kembali bunga itu sudah ada.
Ibu : Pengagum rahasiamu, sayang. (tertawa kecil)
Ayah : Benar juga. Asik, anak Ayah punya pengagum rahasia. (tertawa)
Charlos : Ah, Ayah ini ada-ada saja.
Nayla : (tanpa pikir panjang) Aku yang menaruhnya.
(semuanya kaget, dan tiba-tiba ibu peri muncul di tengah-tengah mereka)
Charlos : Kamu? Bagaimana bisa? Aku kira yang menaruh bunga itu…
Nayla : Layla? Kenapa selalu Layla yang ada di pikiranmu?
Charlos : (diam sejenak) Aku…
Ibu : Mengapa kamu melakukannya, sayang?
Nayla : Karena aku menyukainya, Ibu.
Ibu : (terkejut) Tapi, kalian bersaudara.
Ayah : Tapi mereka juga tidak mempunyai hubungan darah sama sekali, bukan?
Nayla : (tersenyum) Ayah…
Ibu : Jadi kau setuju?
Ayah : Tentu, kenapa tidak?
Ibu Peri : Aku harus memberi tau hal ini kepada Layla.
Ibu peri segera meninggalkan percakapan itu dan menuju ke kamar Layla.
Ibu Peri : Layla, sepertinya kau harus ke ruang tengah sekarang!
Layla : (terkejut) Ada apa?
Ibu Peri : Nayla mengaku bahwa ia yang sudah menaruh bunga itu di kamar Charlos.
Layla : Apa? Aku harus segera ke sana. (mengambil sepatu, lalu berlari ke ruang tamu)
Ibu Peri : Sekarang tugasku telah selesai, Layla sepertinya sudah mendapatkan apa yang ia inginkan. (tersenyum)
Selama Layla sedang menuju ruang tengah, percakapan demi percakapan tetap berlanjut di ruang tengah.
Ayah : (berdiri menghampiri Charlos) Jadi, apa kau ingin menikah dengan Nayla?
Ibu : Ayah!
Ayah : Tidak apa, bukan. Lagian mereka tidak mempunyai hubungan darah.
Ibu : (ragu) Tapi…
Ayah : Tenang saja.
Ibu : (diam)
Ayah : Bagaimana?
Charlos : Aku…
(tiba-tiba Layla datang)
Layla : Bukan! Bukan Nayla! Tapi aku, aku yang menaruh bunga itu! Karena aku… aku… aku menyukaimu, Charlos!
Charlos : (terkejut) Kamu?
Nayla : Dia bohong! Percayalah padaku, Charlos!
Layla : Tidak, Charlos! Aku tidak bohong!
Ayah : (membentak) Layla! Sudah cukup! Kau pembohong, Layla!
Ibu : Ayah, tenanglah.
Layla : Tunggu, Ayah. Aku punya buktinya. Ini! (menunjukkan sepatu yang dibawanya)
Charlos : Sepatu itu... (mendampingkan sepatu yang dibawanya dengan yang dibawa Layla) Benar-benar serupa, dan sepatu ini memang pasangannya!
Nayla : Apa? Apa maksudnya semua ini?
Charlos : Aku menemukan sepatu ini di depan pintu kamarku, tetapi sepatunya hanya satu, tidak sepasang. Dan aku rasa orang yang mempunyai pasangannya lah yang menaruh mawar itu.
Layla : Apa? Tidak mungkin!
Charlos : Bagaimana tidak? Layla mempunyai pasangannya.
Nayla : Tapi… tapi aku sangat menyukaimu Charlos!
Ayah : Ternyata kau berbohong Nayla! Kau tau bukan, kalau Ayah paling tidak suka dengan orang yang suka berbohong! Padahal Ayah sudah membelamu.
Nayla : Tapi, Ayah…
Ayah : Sudahlah, sekarang kau tinggal lihat apa yang akan dilakukan oleh Charlos.
Charlos : Apa boleh, Ayah?
Ayah : Tentu. (tersenyum)
Charlos : (berlutut) Apakah kau mau menjadi permaisuri Pangeran Charlos wahai Tuan Putri Cinderlayla-ku? (mengulurkan tangan)
Layla : (tertawa) Tentu saja, Charlos. Eh, Pangeran Charlos maksudku. (menyambut tangan Charlos)
(semua tertawa, terkecuali Nayla yang masih merasa kesal atas kejaadian itu)
Stefani : Hei, ada apa ini? Apakah kedatangan kami mengganggu?
Charlos : Tentu saja tidak, tenang saja.
Nico : (tertawa) Baguslah kalau begitu, kami hanya ingin memberikan kalian ini. (memberikan sesuatu)
Layla : (menerimanya, lalu membacanya) Kalian akan menikah akhir pekan ini? (gembira)
Stefani : Iya, dan sepertinya kalian akan menyusul kami. (tersenyum)
Layla : (tersipu malu) Kalian ini...
Ayah : Selamat ya, Fan, Nik.
Nico : Iya, Om, terima kasih.
Stefani : (menghampiri Nayla) Sabar ya, kawan, pasti suatu saat kau akan berjodoh dengan pria yang jauh lebih baik dari Charlos. (melirik Charlos)
Nayla : (berbinar-binar) Fani...
Charlos : Memang ada pria yang jauh lebih baik dariku?
Layla : (menginjak kaki Charlos)
Stefani : Tentu saja! Nico buktinya!
(semua pun tertawa, termasuk Nayla)
Ibu : Benar, sayang. Kalau jodoh, pasti kau akan mendapatkannya.
Nayla : Terimakasih, Ibu. (memeluk Ibu)
Semuanya berjalan sangat lancar setelah kejadian itu. Tidak terkecuali Nayla, perlahan-lahan ia sudah bisa mulai menerimanya. Dan sejak saat itu pula, Ibu Peri tidak pernah terlihat lagi oleh Layla.
Dan pada suatu malam yang cerah, Layla sedang duduk di kasurnya sambil memandang ke luar jendela. Jujur saja, ia sangat merindukan Ibu Peri-nya tersebut.
Ibu : (berdiri di ambang pintu) Ibu senang Layla. Karena kau bisa mendapatkan apa yang kau inginkan. (tersenyum). (menghampiri Layla) Tapi ibu harap, kamu bisa lebih jujur dengan perasaanmu sendiri. Tidak apa-apa jika kamu ingin bersikap sedikit egois. Tidak perlu terus menerus menjadi anak yang baik.
Layla : Ibu. Bagaimana kau…
Ibu : Bagaimana pun juga Ibu ini adalah Ibu kandungmu, sayang. Dan mulai sekarang Ibu akan terus bersamamu dan Nayla, menjadi Ibu Peri kalian sampai Ibu tiada nantinya. (tersenyum)
Layla : Apa Ibu tidak marah?
Ibu : Tidak, sayang. Justru Ibu sangat senang karna kamu bisa mengatakan apa yang kamu inginkan, tidak hanya mengeluh di belakang saja. (tersenyum)
Layla : Ibu, apa kau percaya dengan peri?
Ibu : Tentu, sayang. Karna sesunggungnya jiwa seorang Ibu adalah peri bagi setiap anak-anaknya, karna ia selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Dan kau tau, kalau Ibu Peri yang selama ini kau lihat adalah bentuk cinta ibu padamu. (tersenyum)
Layla : (terharu) Ibu…. (memeluk Ibunya) Terimakasih.
Selesai
No comments:
Post a Comment