Sunday, 12 August 2012

Tunda Kolaps Dua Tahun: Masa Depan MotoGP setelah Kembalinya Rossi ke Yamaha


Kembalinya Valentino Rossi ke Yamaha membuat penggemar MotoGP bergairah menantikan 2013. Namun, untuk jangka panjang, seri balap itu masih seperti dalam kegelapan.

Wajar bila Yamaha, dan pe­ng­­gemarnya, berbinar-binar me­mi­kirkan prospek 2013 dan 2014. Un­tuk dua tahun itu, bila lancar, mereka akan menurunkan pasa­ngan super, Jorge Lorenzo dan Valentino Rossi.

Prospek mereka untuk dua ta­hun itu benar-benar maksimal.

“Kami sudah menurunkan su­per­team ini pada 2008, 2009, dan 2010. Saat itu, kami mampu me­nya­pu gelar juara dunia untuk pem­balap, pabrikan, dan tim selama tiga tahun berturut-turut,” kata Lin Jarvis, managing director balap Yamaha, mengingatkan.

Pada 2013 dan 2014, minimal ada dua jalan cerita seru yang bisa diikuti. Pertama, seperti biasa, persaingan “abadi” Yamaha versus Honda. Kedua, kini ada persaingan internal Yamaha, Lorenzo versus Rossi. Dan persaingan itu jauh lebih “panas” daripada duel internal Honda saat ini, antara Casey Stoner versus Dani Pedrosa.

Seru bukan? Sayangnya, untuk MotoGP secara keseluruhan, kem­ba­linya Rossi ke Yamaha ini mung­kin ha­nya obat sementara. Rasa manis yang bi­sa cepat hilang, ber­lan­jut dengan rasa pahit yang sangat pan­jang.

Secara keseluruhan, seri balap ini masih punya krisis jangka pan­jang. Ada dua problem masa depan MotoGP, yaitu yang berat dan yang sangat berat. Yang berat, krisis bintang. Ya, masih ada Rossi, Lorenzo, dan Dani Pedrosa. Tapi Casey Stoner bilang akan pensiun di penghujung 2012. Belum ada tanda-tanda dia membatalkan rencana itu.

Jadi, tahun depan, praktis hanya ada tiga “alien”. Marc Marquez, yang di­tarik Honda sebagai pengganti Sto­ner, masih belum tentu akan jadi super­star.

Dalam beberapa tahun terakhir, MotoGP sudah kehilangan terlalu banyak bintang yang bisa “dijual”. Dulu, Marco Melandri dan Max Biaggi hengkang ke Superbike. Marco Simon­celli tewas. Kini, Ben Spies (walau bisa dibilang semi-bintang) tampaknya juga akan pindah ke Superbike.

Nicky Hayden tidak lagi “men­jual”. Cal Crutchlow, yang tanda-tandanya ke Ducati, juga belum me­nunjukkan keajaiban. Andrea Do­vizioso masih sangat tang­gu­ng. Lihat saja daftar pembalap tahun ini. Hitung berapa nama yang layak disebut “terkenal”. Nah, kalau yang ngetop-ngetop terus ber­ku­ra­ng, MotoGP bisa tidak lagi ngetop.

Untuk mendapatkan lagi bin­tang-bintang top, MotoGP juga akan ke­sulitan. Untuk menjelaskannya, kita berlanjut ke problem masa depan yang sangat berat. Jumlah pabrikan yang terlibat, beserta jumlah motor kompetitif yang tersedia untuk memikat para bintang.

Honda, Yamaha, Ducati. That’s it! Masing-masing punya dua sam­pai empat motor termutakhir. Sete­lah itu, hanya ada motor-motor un­tuk satelit yang “kelas dua”, yang performanya jauh ketinggalan.

Ide baru CRT (Claiming Rule Team), sejauh ini benar-benar hanya berfungsi sebagai “penambah peserta”. Tidak kompetitif, tidak menarik. Tapi karena pabrikan tidak bisa menyediakan lebih ba­nyak motor cepat, CRT tampaknya masih akan dilanjutkan hingga minimal 2013.

Dorna, pemegang hak MotoGP, sekarang tentu sedang bekerja keras menyiapkan masa depan yang lebih baik. Melobi pabrikan untuk me­nye­diakan motor cepat lebih banyak, melobi pabrikan baru untuk ber­ga­bung. Supaya MotoGP kembali atraktif bagi lebih banyak pembalap, menarik lagi para bintang dari Superbike atau menyediakan ke­sem­­patan lebih menarik bagi para rookie.

Dengan kembalinya Rossi ke Yamaha, Dorna bisa sedikit ber­napas lebih lega. Bisa dibilang, Rossi memberi mereka waktu dua tahun untuk menata masa depan.

Setelah dua tahun, Rossi bisa pensiun, atau minimal terlalu tua. Lorenzo juga mulai menua. Begitu pula Pedrosa. Stoner belum tentu comeback, dan juga menua. Mar­quez belum tentu jago. Bintang lain belum tentu muncul.


No comments:

Post a Comment