Egois. Hampir
semua orang tidak menyukainya. Ia begitu dijauhi, bahkan terkadang dibenci.
Tetapi disaat keegoisan itu hadir disaat yang tidak tepat. Patut, sangat patut
seharusnya kita mempertanyakan keberadaannya.
Pasti kalian pernah
bertanya pada diri kalian sendiri. Egois demi kebahagiaan, apa itu salah?
Merasa selama ini keegoisan selalu terkalahkan dengan kepedulian yang ada. Di
saat keegoisan itu tersingkir karena tidak ingin melihat yang lain terluka.
Tapi di sisi lain, keegoisan itulah yang menggerogoti kebahagiaan di hati kita
sedikit demi sedikit.
Keegoisan untuk
mendapat apa yang kita inginkan, selalu kita tutupi hanya untuk membahagiakan
yang lainnya. Memberi mereka keringanan. Tapi di saat keinginan akan sesuatu yang
seharusnya memberikan kebahagiaan untuk kita tidak terbendung lagi, tidak ada
yang mengerti akan perasaan kita. Perasaan yang selama ini mungkin terlalu
banyak berkorban untuk kebahagiaan yang lainnya.
Manusia pasti
ingin selalu melakukan sesuatu yang membuatnya bahagia. Dan di saat hal itu
sudah ingin meluap dan tidak terbendung lagi, dan untuk kesekiannya kita harus
mengorbankannya. Apa itu tidak sakit? Merelakan sesuatu yang sudah kita nanti sekian
lamanya, dan semuanya kandas hanya dalah hitungan detik. Sadis.
Ya, hidup memang
selalu penuh pilihan. Egois atau mengalah? Sekiranya, apa yang akan kalian
pilih? Egois? Ingin. Pasti kalian ingin melakukannya. Tapi... takut. Itulah
rasa lain yang ada di diri kalian. Takut keegoisan tersebut akan memberi beban
kepada mereka. Meraka yang mungkin selama ini selalu memberi kalian dukungan
tanpa kalian ketahui.
Jika mengalah
yang kalian pilih, akan kah ada penyesalan nantinya? Penyesalan karena telah
menyerahkan kebahagiaan kalian demi kebahagiaan orang lain. Sedikit atau pun
banyak, kalian pasti akan merasakannya.
Terkadang,
mungkin kalian akan iri melihat mereka melakukan apa yang seharusnya dapat
memberikan kebahagiaan yang lebih dari apa yang kalian dapatkan saat ini.
Kalian pun akan berfikir, seandainya mereka ada di posisi kalian, apa mereka
masih bisa dengan senangnya tertawa lepas dan bercerita seleluasa itu? Hanya
kalian yang merasakan hal ini yang dapat mengetahuinya.
Saat hal itu
terlanjur terjadi, ikhlas lah kuncinya. Berusaha mengikhlaskan apa yang
seharusnya mungkin bukanlah milik kita. Tapi apa itu akan mudah? Di saat
seperti ini, pasti akan banyak air mata serta penyesalan yang keluar dari mata
dan hati kalian. Tidak sanggup melihat mereka semua yang dapat melakukan apa
yang mereka ingin lakukan dengan bebas. Sedangkan kalian? Kalian terikat, dan
berhasil untuk mengalahkan keegoisan kalian.
Selamat. Selamat untuk kalian semua yang telah mengalahkan keegoisan
itu. Tapi, cobalah sekali saja kalian memiliki sifat itu untuk memberikan
sesuatu yang memang kalian inginkan. Sesuatu yang akan memberi kebaikan kepada
kalian. Jangan biarkan keegoisan itu kalian kalahkan untuk mengalahkan
kebahagiaan kalian juga. Pasti kalian tidak ingin merasakan sakit untuk
kesekian kalinya. Sakit untuk menyerahkan kebahagiaan kalian untuk kebahagiaan
orang lain. Aku pikir, sekali saja, disaat kita mulai jenuh dengan mengalah,
jenuh dengan merelakan, dan jenuh dengan menyakiti perasaan kalian. Berkatalah
tidak, dan keegoisan itu dapat menjadi kuncinya.
No comments:
Post a Comment