Saturday, 6 June 2009

Novel Bab 1

Hei, hei, hei.... Kalian tau gak? gue lagi nyoba-nyoba bikin novel nih.... Coba deh, baca bab satunya dan kasih komentar dan masukkan ya, biar nanti novelnya gue perbaiki! Oce?


BAB  I

“Aduh, telat lagi nih!” keluh Kayas sambil cepat-cepat menyisir rambutnya yang berantakan di kamar.

Kayas Anindya Putri Pratama itulah nama lengkapnya. Di rumah ia sering dipanggil dengan nama manjanya, yaitu Iyas. Sekarang ia telah menduduki bangku kelas 1 SMA. Ia mengambil jurusan IPS di Nusa Harapan School. Kayas adalah anak bungsu, oleh karena itu ia sangat manja.

“Iyas! Cepetan gue ada ulangan nih jam pertama.” teriak Tian dari bawah tangga.

Eliven Sebastian Pratama atau yang biasa dipanggil Tian adalah kakak laki-laki Kayas yang umurnya hanya berbeda satu tahun dengan Kayas.

“Iya sabar, bawel amat sih!” balas Kayas sambil menuruni tangga.

“Nih!” kata Tian sambil memberikan kotak bekal untuk Kayas.

“Apaan nih?” Tanya Kayas ketus.

“Ya kotak bekal lah, Yas!”

“Enggak, Iyas gak mau bawa bekal ke sekolah!”

“Yaelah, Yas, kalo gak mau makan di sekolah kan bisa makan di mobil.” kata Tian sambil pergi menuju mobil BMW 318i miliknya. Kayas pun mengikutinya tanpa berkata sepatah kata pun.

-©-

“Tian, pelan-pelan dong nyetir mobilnya! Gue lagi makan, nih!” bentak Kayas saat berada di dalam mobil.

“Iyas, gue tuh ada ulangan tau jam pertama, udah pelajarannya Bu tuti lagi!” balas Tian sambil terus melajukan mobilnya.

“Tian!!!!” teriak Kayas di dalam mobil. Tian mungkin saja bisa berhenti mendadak jika tidak dapat mengendalikan dirinya.

“Apaan sih, Yas, teriak-teriak!”

“Pelan-pelan bawa mobilnya!”

“Bodo ah!” ucap Tian tanpa memperdulikan Kayas yang duduk ngambek di sebelahnya.

-©-

“Sorry ya, Yas, ternyata belom telat! Tapi lo gak papa kan?” tanya Tian saat mobilnya sudah terpakir di parkiran sekolahnya.

“Ya! No problem! Yang penting gue dah kenyang sekarang!” ucap Kayas.

“Tian!!!!” teriak seseorang di belakang Kayas. Ternyata ia adalah Melinda, pengagum berat Tian.

“Apa kabar sayang?” tanya Melinda kepada Tian.

“Sejak kapan gue jadi yayang lo? Mimpi ya lo?” acuh Tian sambil berjalan menuju gerbang sekolah.

“Tian!!!!” teriak Melinda manja sambil menghentak-hentakkan kakinya.

“Kasihan deh lo!” ledek Kayas sambil berlari kecil menuju tempat temannya menunggu.

“Awas ya lo, Yas!” teriak Melinda. Tetapi Kayas tidak memperdulikannya.

“Hai, Guys!” ucap Kayas.

“Hai” jawab Shelvi, Lumina, dan Yoga bersamaan. Mereka semua adalah sahabat-sahabat Kayas.

“Eh, Yas! Tadi Melinda nyari masalah apa lagi tuh?” tanya Lumina saat mereka berempat berjalan ke kantin.

“Pasti gangguin kakak lo lagi ya?” tebak Shelvi.

“Tepat sekali!” jawab Kayas.

“Dasar ya tu orang gak ada kapok-kapoknya! Dasar gak tau malu, udah di tolak mentah-mentah juga! Ha…ha…ha…” ucap Shelvi diikuti tawa ketiga sahabatnya.

“Apa tadi lo bilang?” bentak Melinda yang tiba-tiba muncul dari belakang mereka.

“Apaan sih lo? Emang bener kan?” jawab Shelvi.

“Eh, asal lo tau ya, cepat atau lambat pasti si Tian itu akan tunduk sama gue! Iya kan Kayas?” kata Melinda.

“Enggak akan, Tian itu tau mana cewek baik-baik dan mana cewek yang gak bener! Lagian gue lebih setuju kalo Shelvi yang jadian sama Tian dari pada lo yang sok kecantikan, padahal tampang biasa aja!” ucap Kayas diiringi anggukan Lumina dan Yoga tanda setuju. Shelvi pun hanya terdiam malu.

“Eh, Yas, lo tu bisa bedain gak sih gue sama anak penjual mie ayam ini! Gue tu lebih cantik and lebih anggun daripada dia yang tomboy!” ucap Melinda sambil menunjuk Shelvi.

“Apa lo bilang?” bentak Lumina sambil menunjukkan genggaman tangannya yang siap menonjok Melinda, beruntungnya ia di tahan oleh para sahabatnya.

“Udah lah, Shel! Lo gak usah ladenin dia, kalo lo ladenin dia terus gak bakal ada abisnya!” kata Kayas sambil menenangkan sahabatnya itu.

“Lagian masih mending jadi anak tukang mie ayam, dari pada jadi cewek yang hobinya cuma ngejar-ngejar cowok kayak dia!” ucap Yoga sambil melirik Melinda.

“Dasar anak-anak kurcaci, beraninya main keroyokan! Hah! Ternyata kita emang gak selevel, kalian itu…” Melinda belum menyelesaikan kata-katanya tetapi sudah lebih dahulu dipotong oleh mereka berempat.

“Kita level tinggi sedangkan lo? Level bawah! Hahahaha!”

“Ya udahlah mendingan kita langsung masuk kelas aja yuk! Dari pada ketemu neneng PeA kayak dia! Hiii!” ucap Lumina.

Belum juga Melinda ingin mengatakan sesuatu tapi mereka telah pergi ke kelasnya. Melinda pun hanya bisa menghentak-hentakkan kakinya yang jangkung sambil berjalan ke kelasnya.

-©-

“Oh, ya, kalian dah denger belom, katanya di kelas ini mau ada murid baru?” tanya Yoga setelah mereka sampai di kelas 1D.

“Belum, emang gimana orangnya?” tanya Kayas.

“Gue juga gak tau sih, tapi kalo gue denger-denger dari anak kelas sebelah, orangnya keren dan ganteng, gitu deh!” jawab Yoga.

“Mudah-mudahan orangnya gak nyebelin deh! Udah dia duduk sebangku lagi ma gue!” keluh Kayas.

“Tapi kalo ganteng kan juga lumayan, Yas!” ucap Lumina.

“Anak-anak ayo duduk semua!” teriak Pak Yanto yang baru masuk ke kelas.

Setelah kelas mulai tenang, Pak Yanto pun mulai memberi tahu murid-muridnya kalau akan ada anak baru di kelas mereka. Pak Yanto pun memanggil anak itu, yang dari tadi menunggu di luar.

“Ayo, silakan masuk!”

“Iya, Pak!” ucap anak tersebut.

“Ayo silakan perkenalkan dirimu!”

“Iya! Nama saya Kasta Aditya Saputra, saya pindahan dari SMAN 70 Bandung!”

“Baiklah! Silahkan duduk di dekat Kayas!” petunjuk Pak Yanto sambil menunjuk kursi di sebelah Kayas. Kasta pun hanya mengangguk.

“Gue Kasta, dan lo?” tanya Kasta saat sudah sampai di tempat duduknya.

“Kayas, Kayas Anindya Putri Pratama!” balas Kayas dengan senyum.

Oce! Salam kenal!”

Pelajaran pun di mulai saat Pak Yanto membuka buku sejarah tebal yang dimilikinya, dan sekali lagi Pak Yanto pun membiarkan murid-muridnya mendengarkannya bercerita. Sepanjang pelajaran Pak Yanto, Kayas dan Kasta banyak sekali bercerita satu sama lain.

-©-

“Ih, Ta, lo beruntung banget ya bisa duduk sama Kayas! Gue jadi iri deh!” ucap Niko saat berada di kantin.

“Lho, emang kenapa?” tanya Kasta.

“Lo tau gak sih, Kayas itu kan cewek paling cantik di sekolah ini. Dan teman-temannya Shelvi dan Lumina adalah cewek ke-2 dan ke-3 tercantik setelah Kayas. Emang lo gak naksir apa sama dia?”

“Iya sih, gue akuin dia emang cantik, tapi gue gak punya feeling tuh ma dia!”

“Eh, Ta, lo tu cowok pa bukan sih, cowok satu sekolah tu pasti bakal naksir sama dia. Apalagi kakaknya adalah ketua OSIS, dah ganteng keren lagi. Tapi ngomong-ngomong kakaknya mirip lho, sama lo!”

“Masa sih? Gak mungkin! Tapi emang orangnya yang mana, sih?”

“Bentar ya gue cari dulu!” jawab Niko sambil memperhatikan sekeliling kantin. “Nah, itu tu orangnya!” ucap Niko tiba-tiba.

“Mana?” tanya Kasta sambil melihat arah yang ditunjuk Niko.

Hah, iya! Kok bisa ya tu orang mirip ma gue?’ tanyanya di dalam hati. Walaupun cowok itu tidak terlalu mirip dengannya, tapi kalo dilihat-dilihat seperti kakak beradik. ‘Bodo ah ngapain gue ambil pusing!’ ucapnya lagi dalam hati.

“Balik ke kelas yuk, Nik!” kata Kasta sambil berdiri.

“Eh? Tapi kan, minumannya belom habis!” balas Niko sambil mengaduk minumannya menggunakan sedotan.

“Yaudah, gue duluan ya!” kata Kasta sambil beranjak pergi.

“Eh, eh, tunggu! Iya, Iya gue ikut!” kata Niko sambil mengejar Kasta.

“Oh, ya, Nik, siapa sih cowok yang suka bareng sama Kayas dan teman-temannya?” tanya Kasta saat berjalan menuju kelas.

“Oooo Yoga, dia tu anak terganteng ke-3, setelah Tian dan lo!”

“Lho, kok, gue di masukin dalam nominasi juga?”

“Abis, kalo gue pikir-pikir lo ganteng juga bahkan lebih ganteng dari Yoga! Pasti abis ini lo akan jadi cowok terganteng no. 2 dan menyingkirkan si Yoga itu!”

“Gak tertarik gue sama yang kayak gitu!”

Mereka berdua berjalan menuju kelas. Sambil bercakap-cakap semua mengenai Kayas.

-©-

“Bunda…!” teriak Kayas setelah sampai rumah. Ia pun segera memeluk Bundanya erat-erat.

“Dasar anak manja.” ejek Tian sambil beranjak masuk. “Gimana Bun, dengan pekerjaannya?” tanya Tian.

“Sudah selesai kok, sayang!” jawab Bunda sambil mengelus lembut rambut anak sulungnya tersebut.

“Jadi, Bunda gak usah lembur lagi, dong!” balas Kayas.

“Iya, Iyas! Iyas, gimana tadi sekolahnya?” tanya Bunda.

“Menyenangkan, Bun! Apalagi tadi ada anak baru, anaknya asyik banget diajak ngobrol. Apalagi dia sebangku denganku.”

“Oh, ya? Siapa namanya?”

“Kasta!”

“Kasta? Seperti nama anaknya Tante Tiara!”

“Tante Tiara?” tanya Kayas dan Tian bersamaan.

“Dia itu teman lama Bunda yang baru pindah dari Bandung! Katanya besok dia akan main ke rumah kita dengan anaknya, anaknya tante Tiara itu sepantaran sama kalian berdua!”

“Bun, Iyas laper nih, Bun!” ucap Kayas dengan nada manja.

“Ya, udah kalian berdua ganti baju dulu, nanti Bunda akan suruh Bi Min untuk menyiapkan makanannya.”

“Iya!” ucap Kayas.

Kayas dan Tian pun beranjak dari ruang keluarga menuju ke kamarnya masing-masing. Sambil berjalan menuju kamarnya Kayas berfikir, apakah sebenarnya Kasta teman Kayas tersebut adalah anaknya Tante Tiara? ‘Bodo, ah, emang gue pikirin’ ucapnya dalam hati.

-©-



Sampe bab satu dulu, y.... Nanti kalo bab dua-nya udah cocok, gue posting deh.... Jangan lupa kasih komentar, y....

3 comments:

  1. Ayo kasih sarannya....
    Gue tunggu lho....

    ReplyDelete
  2. Si chytra lagi mulai karir jadi novelis ni?? ehm...ehm...=D

    ReplyDelete
  3. hahahhahha....
    Ira....

    gue kan cuma lgi nyoba2.....

    ReplyDelete