Tidak terasa sekarang telah memasuki pertengahan Bulan Juli 2000, itu berarti hari-hari sibuk sekolah akan segera dimulai. Hari ini merupakan hari yang istimewa, karena kini aku merupakan siswi SMA. Entah berapa banyak calon siswa dan siswi yang mendaftar di sekolah ini, sebuah sekolah terbaik di Jakarta. Aku merasa beruntung karena menjadi salah satu dari 300 orang yang terpilih dan memiliki kesempatan untuk bersekolah di sini.
Seminggu pun berlalu semenjak masa orientasi SMA ku tersebut. Aku pun memasuki gerbang sekolah yang saat itu masih sepi, melihat sekeliling, lalu menghirup udara pagi yang memberikan semangat tersendiri bagiku. Tanpa sadar, langkah kaki membawa ku ke muka pintu kelas mu. Aku sempat berfikir saat itu, "Apa yang paling sering kau lakukan saat berada di sini?".
Ya, ini adalah kelas Ilham, satu-satunya teman yang paling lama ku kenal di sekolah ini. Bahkan aku sudah jauh lebih lama mengenalnya sebelum masuk SMA. Mungkin ini memang takdir, kita dipertemukan kembali di SMA, setelah sebelumnya sempat merasakan keberadaannya sewaktu SD dan SMP.
Tapi, hubungan ku dengannya tidak lah sebaik hubungan ku dengan teman yang baru aku miliki di sekolah ini. Bahkan tidak ada yang mengetahui ataupun mengira aku sudah lama mengenalnya. Ini bukanlah sebuah film dimana teman yang kita kenal dari sejak kecil sampai sekarang bisa menjadi sahabat dan dekat dengan kita. Aku bahkan tidak pernah berbicara dengannya semenjak duduk di bangku SMP. Apakah itu yang dinamakan teman?
Ya, secara tak langsung, kami adalah teman. Teman dalam diam. Sesungguhnya kami saling mengenal, tapi entah kami yang terlalu egois dan gengsi hingga tidak ada yang menyapa terlebih dahulu. Dia memang tipe cowok pendiam yang rasanya aneh untuk melakukan hal-hal seperti itu. Sedangkan aku? Aku merasa diriku terkadang terlalu bawel, dan sering tertawa lepas. Tapi, kenapa aku tak bisa melakukan hal itu padanya? Hanya sekedar untuk menyapa, atau bahkan tertawa bersama dengannya sebagaimana seharusnya teman lama.
Ya, aku memang menyukainya. Dan kini, perasaan itu telah berjalan 3 tahun lamanya. Kini semuanya telah berubah, kami bukanlah anak kecil lagi yang bisa dengan mudah bergaul dengan siapa saja tanpa memiliki perasaan yang berarti. Kami telah sama-sama tumbuh dewasa, kami memiliki perasaan dan jalan hidup masing-masing. Sempat tersirat rasa canggung saat bertemu atau pun bertatapan. Tapi, bukankah kini itu wajar?
Terkadang aku merasa iri dengan mereka yang bisa menjaga pertemanannya hingga bertahun-tahun lamanya, bahkan dengan lebih dari seorang teman. Tetapi, kenapa aku tidak bisa melakukannya? Menjaga pertemanan dengan satu orang yang sudah ku kenal sejak dulu. Seseorang yang ku taruh perasaan padanya. Seseorang yang kini menjadi sangat berarti bagi ku.
No comments:
Post a Comment