Saturday, 18 August 2012

It's All About Love: Part 2

Memasuki Bulan Agustus sekolah ku mulai sibuk menjalani setiap program kerja yang telah mereka rencanakan. Kami pun sebagai murid baru harus bisa beradaptasi dengan setumpuk pekerjaan rumah serta pelajaran yang diberikan. Pelajaran SMA memang sedikit berbeda dengan SMP. Saat kini kami dituntut untuk bisa lebih aktif dalam segala hal, termasuk setiap proses pembelajaran di kelas. Apabila di SMP kami selalu dibimbing untuk mencatat dan sebagainya, kini semuanya telah tiada. Tidak ada yang menuntut kami untuk mencatatnya atau pun tidak. Setidaknya kami harus mengingat satu hal penting: tidak mencatat, berarti mendapatkan nilai 5 di setiap pelajaran yang ada.

Duduk di bangku kantin merupakan hal yang paling menyenangkan bagiku saat berada di sekolah. Terlebih lagi setelah aku mendapatkan segudang pelajaran eksak yang cukup membuat otak memanas hingga 90 derajat.

"Eh, sorry," tanpa sengaja seseorang mendorong mejaku. "Iya, gpp," jawabku saat itu. Nampaknya ia sedang bercanda dengan teman-temannya. Aku tidak begitu memperhatikan berapa banyak teman yang berada di sekelilingnya, tapi yang jelas jumlahnya banyak. Dan itu sudah dapat menjelaskan seperti apa pribadinya. Dia pasti termasuk golongan anak-anak populer di sekolah.

Mata ku pun tertuju kepada seorang cowok yang berdiri agak belakang dari cowok populer tadi. Ia tersenyum, melihat si cowok populer itu bertingkah lucu. Yup, dia itu Iham. Ya, dia memang terlihat sangat tampan saat tersenyum seperti itu. Aku sempat berfikir, betapa beruntungnya mereka yang kini berteman dengannya. Mereka bisa tertawa lepas bersama, berbincang-bincang ria, dan melakukan hal-hal hebat bersama. Kalo boleh aku jujur, aku memang iri dengan mereka, karena aku tak bisa sedekat itu dengannya.

Karena asik memikirkan hal tersebut, aku pun tidak menyadari perubahan sikap Ilham yang berbalik melihatku. Mungkin dia merasakan keberadaan seseorang yang memperhatikannya, sehingga dia mengarahkannya kepada orang yang melakukan hal tersebut. Saat aku tersadar, aku tidak melihat adanya sesuatu yang menyenangkan dari wajahnya, datar. Dia tidak tersenyum. Saat itu, dia terlihat seperti orang lain bagiku, orang yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Seseorang yang baru pertama kali aku lihat semenjak aku membuka mataku untuk pertama kalinya di dunia ini.

No comments:

Post a Comment