Thursday, 6 September 2012

Sepucuk Surat dari Ayah dan Ibu


Anak ku,

Ketika aku semakin tua, aku berharap engkau memahami dan memiliki kesabaran untuk ku.

Suatu ketika aku memecahkan piring atau menumpahkan sup dari atas meja dikarenakan penglihatan ku yang mulai berkurang, aku berharap engkau tidak memarahi ku.

Wahai anak ku,

Ketika pendengaran ku semakin memburuk dan aku tidak bisa mendengar apa yang kamu katakan, aku berharap engkau tidak memanggil ku, “Tuli!”.

Mohon engkau ulangi apa yang kamu katakan atau menuliskannya.

Maafkan anak ku, aku semakin tua.

Ketika lutut ku mulai lemah, aku harap kamu memiliki kesabaran untuk membantu ku bangun.

Sebagaimana aku selalu membantu kamu saat kamu masih kecil, untuk belajar berjalan.

Aku mohon, jangan bosan dengan ku.

Ketika aku terus mengulangi apa yang ku katakan, seperti kaset yang rusak.

Aku harap engkau terus mendengarkan Aku.

Tolong jangan mengejek ku, atau bosan mendengarkan ku.

Apakah kamu ingat ketika kamu masih kecil dan kamu ingin sebuah balon?

Kamu mengulangi apa yang kamu mau berulang-ulang sampai kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan.

Maafkan juga bau ku.

Tercium seperti orang yang sudah tua.

Aku mohon jangan memaksa ku untuk mandi.

Tubuh ku lemah, dan aku harap aku tidak terlihat kotor dan jijik bagimu.

Apakah kamu ingat ketika kamu masih kecil?

Aku selalu mengejar-ngejar kamu karena kamu tidak ingin mandi.

Aku berharap kamu bisa bersabar dengan ku ketika aku rewel.

Dan jika kamu memiliki waktu luang, aku berharap kita bisa ngobrol.

Bahkan untuk beberapa menit saja.

Aku selalu sendiri sepanjang waktu.

Dan tidak memiliki seseorang pun untuk diajak bicara selain dirimu..

Aku tahu engkau sangat sibuk dengan pekerjaan mu.

Bahkan jika kamu tidak tertarik pada cerita ku, aku mohon berikan aku waktu untuk bersama mu.

Apakah kamu ingat ketika kamu masih kecil?

Aku selalu mendengarkan apapun yang  kamu ceritakan tentang mainanmu.

Ketika saatnya tiba dan aku hanya bisa terbaring, sakit, dan sakit....

Aku harap kamu memiliki kesabaran untuk merawat ku.

Maaf  kalau aku sengaja mengompol atau membuat berantakan.

Aku berharap kamu memiliki kesabaran untuk merawat ku.

Selama beberapa saat terakhir dalam hidup ku.

Aku mungkin tidak bertahan lebih lama.

Ketika waktu kematianku datang.

Aku berharap kamu memegang tangan ku, dan memberikan ku kekuatan untuk menghadapi kematian.

Dan jangan khawatir,

Ketika aku bertemu dengan Sang Pencipta, aku akan berbisik pada-Nya untuk selalu memberikan berkah padamu.

Karena kamu mencintai Ayah dan Ibumu.

Terimakasih atas segala perhatianmu, nak....

Kami mencintaimu dengan kasih yang berlimpah.

Ayah dan Ibu


No comments:

Post a Comment