Pernahkah kalian
mengagumi seseorang, lalu menginginkan kalian memiliki hatinya? Aku rasa setiap
orang pasti pernah mengalaminya. Di saat hati kita telah memilihnya, tetapi dia
tidak mempedulikannya, di saat itulah hati kita tidak saling memiliki. Ya,
mungkin saja hati kita ini telah menjadi miliknya, tetapi entah sampai kapan
kita harus terus menunggu untuk menjadikan hatinya milik kita. Tidak akan ada
kata pasti sebelum hal itu terjadi.
Saat sang pemilik
hati ini mendekati pemilik hati yang lainnya, apa yang bisa kita perbuat? Sampai
kapan kita akan bersabar? Hati kita pasti akan meronta, ia merasa cemburu,
kecewa, dan tentu sakit atas kehadiran hati lainnya. Tetapi apa daya kita? Kita
tidak dapat melakukan apa pun. Hati tersebut belum memiliki tempat berlabuh, ia
berhak memilih siapa saja untuk melabuhkannya. Sedangkan kita? Hati kita serasa
telah dimilikinya.
Hati kita dan
hatinya memang tidak saling memiliki sampai detik ini. Hal itulah yang membuat
rasa sakit ini terus bertambah. Tidak adanya kata memiliki untuk sebuah
hubungan menjadikan hati kita risau dan takut. Takut jika hati yang telah
dipilihnya menjadi milik orang lain. Rasa ini akan terasa jauh lebih besar
dibanding dengan dua hati yang telah saling memiliki.
Hati yang saling
memiliki seperti terhubungan dengan sehelai benang. Saat hati yang satu
berdekatan dengan yang lainnya, akan selalu ada benang yang membuatnya teringat
dengan hati lainnya, hati yang telah dia miliki. Jika kedua hati yang telah
saling memiliki ini saling menjaga, mereka tidak akan mungkin saling menyakiti,
tidak akan saling mendekati hati yang lainnya.
Sakit, melihat
hati yang telah memiliki hati kita berkelana untuk mencari hati lain yang mampu
membuatnya berlabuh. Tetapi apakah mereka tidak sadar bahwa hati yang
membuatnya ingin berlabuh belum tentu menerimanya? Apa yang akan dia lakukan
selanjutnya? Ya, tentu saja berusaha untuk membuat dirinya berlabuh. Bagaimana
pun caranya.
Hati ini tidak
akan memikirkan hal lainnya, kecuali bagaimana cara membuat dirinya berlabuh. Padahal,
tanpa dia ketahui, hati kita telah dimiliki olehnya. Tanpa dia ketahui pula,
saat dia berusaha mendapatkan sebuah pelabuhan, ada hati lain yang tersakiti,
tergores, bahkan terasa teriris menyaksikannya.
Mulai sekarang,
apa salahnya jika kita menjaga apa yang telah kita miliki? Karena apa yang kita
inginkan belum tentu menjadi yang terbaik untuk kita. Biarkan hati ini memilih
dengan sendirinya, biarkan kata “saling memiliki” ini tumbuh karena telah
terbiasa. Ya, biarkanlah sebuah cinta tumbuh karena terbiasa, karena sebuah
kenyamanan, dan karena sebuah kepercayaan. Biarkanlah sesekali cinta tumbuh
dengan caranya, tidak dengan kita yang memilihnya.
No comments:
Post a Comment